Ekowisata Pulau Lombok
Industri pariwisata saat ini mulai bangkit dari keterpurukan. Di samping jumlah wisatawan yang makin meningkat, saat ini telah terjadi perubahan pola konsumsi dari para wisatawan. Mereka tidak lagi terfokus hanya ingin santai dan menikmati 3 S (sun-sea and sand), namun pola konsumsi mulai berubah ke jenis wisata yang lebih tinggi yakni menikmati produk atau kreasi budaya (culture), peninggalan sejarah (heritage) dan alam (nature) dari suatu daerah atau negara.
Perubahan pola wisata ini perlu segera disikapi dengan berbagai strategi pengembangan produk pariwisata maupun promosi baik dari pemerintah maupun swasta. Produk pariwisata yang banyak diminati dan berkembang di masa mendatang salah satunya adalah ekowisata (I Gede Ardika, 2006). Tren ekowisata saat ini semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya manusia yang ingin kembali ke alam (back to nature) Potensi Wisata Pulau Lombok Pulau Lombok merupakan salah satu daerah destinasi wisata di Indonesia memiliki keanekagaraman hayati yang sangat tinggi, keunikan dan keaslian budaya tradisional, peninggalan sejarah, bentang alam yang indah, gunung berapi, cagar alam, taman nasional dan pantai berpasir putih, berpeluang besar bagi pengembangan ekowisata (ecotourism) sebagai sumber devisa. Sebagai modal pengembangan ekowisata, daerah ini memiliki berbagai potensi antara lain: Taman Nasional Gunung Rinjani, terletak di Lombok bagian utara dengan luas area taman 41.330 ha, dan dikelilingi oleh kawasan hutan lindung sekitar 51.500 ha. Keindahan danau Segara Anak seluas 1.156 ha dalam perut gunung Rinjani menyimpan banyak misteri dan mampu menyihir sekitar ribuan wisatawan asing dan domestik setiap tahun untuk mendaki gunung yang berketinggian 3.726 m dari permukaan laut ini.
Di sekitar lereng gunung Rinjani terdapat lahan perkebunan dan pertanian yang membentang luas dengan beberapa sumber air terjun yang mempesona. Berbagai jenis flora dan fauna langka dapat dijumpai di sekitar kawasan ini. Tak pelak lagi, gunung Rinjani menjadi incaran pencinta petualangan alam bebas dan memenuhi persyaratan untuk kegiatan ekowisata. Pemandangan alam yang fantastis dapat ditemukan di kawasan hutan Pusuk. Berlokasi di bukit sebelah timur Malimbu merupakan rumah bagi 2 spesies kera dan strategis untuk kegiatan wisata alam seperti camping, napak tilas menyusuri bukit dan lembah-lembah dengan mata air yang jernih. Di bagian utara Suranadi terdapat hutan lindung Sesaot. Kawasan ini termasuk area konservasi alam, banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon besar dan memiliki pemandangan alam yang alami serta sumber mata air yang jernih. Tempat ini merupakan habitat bagi kera dan berbagai jenis burung, menjadi pilihan utama bagi para pengunjung untuk jenis wisata alam, haking, dan bersantai sambil menikmati pemandangan hamparan kebun rambutan dan kopi.
Tak jauh dari tempat ini terdapat taman Narmada, memiliki keunikan tersendiri sesuai dengan latar belakag sejarah. Taman ini di kelilingi oleh bentang sawah dan kebun buah-buahan penduduk setempat, memenuhi persyaratan untuk kegiatan wisata alam dan budaya. Kawasan lain yang berpontesi adalah Bangko-Bangko. Berlokasi di ujung barat daya pulau Lombok, tempat ini memiliki hutan alam yang masih perawan dan menjadi rumah bagi sebagian besar flora dan fauna Lombok. Objek wisata Gili Lawang, Sulat, dan Petangan yang berada di timur laut Lombok juga layak untuk dikembangkan karena kawasan ini dihuni oleh berbagai macam kera dan spesies burung langka, hutan bakau (mangrove), terumbu karang yang terhampar luas. Air terjun Jeruk Manis dan Otak Koko Gading juga sangat berpotensi untuk dikembangkan karena letaknya berdampingan dengan hutan alam. Tidak jauh dari tempat ini, terdapat kawasan wisata Tete Batu. Kawasan ini berlokasi dalam areal lembah gunung Rinjani, memiliki pemandangan yang sangat indah. Berbagai aktifitas ekowisata dapat dilakukan disini, seperti berenang di sungai yang berkelok-kelok dan traking menyusuri kaki gunung Rinjani sambil melihat hamparan tanaman padi dan tembakau penduduk lokal, menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Peluang, Tantangan dan Harapan
Dalam pengembangan kegiatan pariwisata alam terdapat peluang dan tantangan, baik berkaitan dengan masalah ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Secara ekonomi, pengembangan ekowisata dapat memberi keuntungan bagi masyarakat lokal di sekitar lokasi tujuan wisata, menyediakan kesempatan kerja dan mendorong perkembangan usaha-usaha baru. Dengan pengelolaan yang terpadu, ekowisata berpotensi untuk menggerakkan ekonomi nasional dan mensejahterakan masyarakat di sekitar kawasan wisata. Potensi daerah, pengetahuan operator ekowisata tentang pelestarian lingkungan, partisipasi penduduk lokal, kesadaran wisatawan akan kelestarian lingkungan serta regulasi pengelolaan kawasan ekowisata baik di tingkat daerah, nasional dan internasional adalah faktor yang menentukan keberhasilan ekowisata. Satu hal yang tidak boleh diabaikan berkaitan dengan ekowisata adalah pelestarian lingkungan dan penghargaan atas budaya setempat. Dalam konteks ini, wisatawan dapat diajak untuk mengunjungi bahkan terlibat dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat setempat, seperti memancing, menumbuk padi, atau membuat barang kerajinan. Donasi dalam bentuk dana yang diberikan oleh wisatawan dapat dikelola dan diarahkan untuk mendorong kegiatan pengembangan ekonomi masyarakat lokal. Aspek pelestarian lingkungan dan penghargaan atas budaya setempat merupakan bagian dari dampak non ekonomi. Dengan adanya kunjungan wisata dan masukkan unsur pemberdayaan yang tepat, maka pola-pola perilaku negatif seperti penebangan hutan secara liar, perburuan hewan langka, dan pertambangan liar dapat direduksi.
Denyut wisata alam yang makin semarak akan menggembirakan semua pihak. Namun peningkatan industri pariwisata berpotensi terhadap kerusakan alam. Pembukaan daerah rekreasi, wisata alam, wisata bahari dan berbagai wisata minat khusus dan aktifitas wisatawan di laut seperti berperahu, snorkling, diving, dan surfing dapat menyebabkan kerusakan lingkungan pesisir, laut, flora dan fauna yang dapat berakibat buruk bagi keberlangsungan ekosistem setempat seringkali ditimbulkan oleh para wisatawan secara sadar maupun tidak. Langkanya beberapa spesies binatang juga diakibatkan oleh permintaan dan penjualan barang-barang suvenir yang dibuat sesuai dengan keunikan suatu kawasan melalui keunikan benda budaya, flora dan fauna di suatu kawasan konservasi dapat memberikan dampak kepada kerusakan alam. Dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat lokal yang tinggal di suatu kawasan wisata adalah pencemaran lingkungan. Sampah yang ditinggalkan wisatawan, kebutuhan air bersih yang meningkat, kepadatan lalu lintas yang menyebabkan pencemaran/polusi udara dan kebisingan adalah beberapa masalah yang mungkin akan timbul. Pencemaran air semakin meningkat sebagai akibat penggunaan pestisida, pupuk dan bahan kimia lainnya dalam upaya meningkatkan keindahan fasilitas kepariwisataan (hotel, lapangan golf, dan kolam renang).
Dampak negatif ini perlu mendapatkan perhatian khusus dan ditanggulangi oleh stakeholder seperti pemerintah, masyarakat, pelaku bisnis, LSM maupun Lembaga Internasional terkait. Dengan adanya ekowisata diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam. Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan koordinasi, perencanaan, pelaksanaan serta monitoring pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam. Sektor swasta juga harus berperan aktif dalam pengembangan ekowisata karena produk ekowisata di tingkat dunia telah berkembang sangat pesat, sementara diversifikasi produk wisata Indonesia berjalan sangat lamban. Lombok sebagai destinasi wisata harus mempunyai komitmen yang kuat untuk menjaga kelestarian alam. Dengan bentang alamnya yang indah, keanekaragaman hayati dan budayanya, Lombok dapat menjadi trendsetter dalam pengelolaan ekowisata di Indonesia.
Industri pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah tujuan wisata. Model pengembangannya harus ramah lingkungan dan memberdayakan masyarakat lokal secara sosial, ekonomi, dan budaya. Perpaduan antara pemanfaatan dan perbaikan sumber daya alam perlu dipertimbangkan, agar generasi yang akan datang masih dapat merasakan nikmatnya dunia pariwisata Lombok, semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar